Aku ini seorang muslimah. Aku ini perempuan biasa. Lemah
saat ada perasaan aneh yang muncul. Tapi aku ini seorang muslimah, aku harus
punya benteng agar lemahku biar hanya aku yang rasakan. Namun selayaknya
benteng, ada saja yang mencoba meruntuhkan. Teringat dulu akupun punya benteng
tapi sayang bentengku tak cukup kuat sehingga hancur terserang. Itu terjadi beberapa
kali. Payah bukan aku ini?
Kali ini aku coba bangun benteng baru. Ku niatkan bentengku
ini harus kokoh. Ku yakinkan diri bahwa kali ini tidak boleh hancur. Saat
tiba-tiba ada seseorang yang menarik perhatianku, kalian tahu benar apa yang
seharusnya dilakukan seorang muslimah. Menyimpannya sendiri. Tidak perlu
orang-orang ketahui. Cukup Allah saja. Ironisnya jaman sekarang ini masalah
percintaan sudah makanan sehari-hari. Seakan seluruh dunia ini menjejali
manusianya dengan omong kosong tentang cinta. Lihat saja, anak-anak kecil yang
masih bau kencur saja sudah biasa bicara cinta-cintaan. Dan yang lebih
menyedihkan lagi, orang tua terlihat memaklumi.
Lalu bagaimana sikap seorang muslimah yang hidup di zaman
serba aneh ini? Dear ukhti-ukhti yang cantik, semoga benteng-benteng kita tetap
berdiri dengan anggunnya, dengan menawannya. Bukannya dilarang jatuh cinta,
tapi sudah selayaknya kita bijak dalam menghadapi persoalan satu ini. Sudah ku
katakan aku ini lemah. Saat melihat dia saja mata ini terkadang suka betah.
Saat belum melihatnya, mata ini mencari-cari sosoknya. Tapi ya hanya sekedar
itu, memperhatikan. Karena sesungguhnya untuk fenomena macam ini, belum tentu
muslimah ini jatuh cinta. Mungkin tertarik karena sesuatunya, seperti aku yang
tertarik karena ia dan pahamnya ia dengan agama.
Untuk segala bentuk perasaan yang tidak biasa macam ini,
silakan curhat padaNya. Kalau benar jatuh cinta, mintalah pada pemilik hatinya,
Allah. Karena sesungguhnya Allah Yang Maha Membolak-balikkan hati. Dari yang
biasa saja bisa jadi ada sesuatu. Terlalu mudah bagiNya berkehendak. Jadi
mengapa kita justru tidak melangkah dengan cara-cara yang diridhoiNya? Karena
tanpa izinNya-pun walau kita sudah berusaha membuat ia mempunyai rasa yang sama
pada kita, itu tak kan terjadi. Masukkan saja ia dalam do’a kita. Setelah kita
do’akan orang tua, keluarga, saudara, dan sesama umat muslimin/ah lainnya.
Bagaimana jika ia yang selalu ada dalam do’a justru tidak menjadi milik kita?
Percayalah, Allah lebih tahu yang terbaik. Kita sudah disiapkan untuk orang
lain yang memang sesuai dengan kita, mungkin orang itu yang selalu memasukkan
nama kita dalam do’anya.