.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Sabtu, 21 November 2015

Pemeran

Dalam perjalanan hidup yang semakin menua ini, semakin terbuka pula paradigma. Semakin tahu ternyata di dunia ini manusia bisa mengemban banyak sekali peran. Mulai peran baik sampai peran jahat. Semakin dewasa pun akan semakin banyak peran yang mau tidak mau melekat pada diri ini.

Ada satu peran yang belakangan ini memenuhi pikiran saya. Peran ini bukanlah suatu yang baru saya ketahui, melainkan belakangan baru memahami. Peran yang kemudian menerbangkan pikiran saya pada orang-orang hebat pembawa peran tersebut, sebut saja di sini pemeran.

Pemeran-pemeran ini nyatanya sangat dicintai. Tentu bagi orang-orang yang paham betul bagaimana isi peran ini. Saya paham dan saya pun termasuk yang jatuh cinta. 

Kadangkala manusia banyak mengeluh merasa waktu 24 jam tidak cukup memenuhi kebutuhannya sendiri. Namun pemeran nyatanya merelakan sebagian waktunya berbagi dengan orang lain. Dan itu berlaku rutin biasanya pekanan. Apakah pemeran bukan orang yang sibuk? Apakah pemeran tidak punya kegiatan penting lain? Bisa saja bukan pemeran tinggalkan perannya karna alasan lebih ingin bermain dengan anak-anaknya di rumah? 

Bukan hal baru, justru mereka yang diharapkan malah tak bersemangat. Jika tiba saatnya pertemuan, maka keluar berbagai jurus alasan tak bisa hadir. Tugas, kuis, kegiatan lain yang sekedar kumpul haha hihi, ya seputar itu alasannya. Masih mending sih ada alasan, yang lebih gaenak ketika justru sms/whatsap/dll sebatas diread tanpa dibalas. 

Padahal sebenarnya bukan pemeran yang membutuhkannya. Bahkan tidak ada 1 rupiah pun masuk kantung mereka. Tidak akan ada yang memarahi jika ia tinggalkan perannya. Tidak ada yang memaksa agar mereka tetap bertahan. 

Lalu?

Jika bukan karna cinta, bagaimana bisa?  
Jika bukan karna paham urgensinya, bagaimana mungkin sabar?

Cinta pada islam yang membuat mereka semangat menebar kebaikan. Semangat dalam pendidikan dan pembinaan. Keinginan besar menanamkan izzah pada umat islam saat ini. Memang sudah Allah janjikan unta merah, yang dengan begitu logikanya akan banyak orang mengambil peran ini. Tapi kenyataannya praktiknya memang tidak mudah. Sesekali menerima penolakan ketika mengajak kumpul, terkadang satu atau dua orang binaan mundur perlahan. Orang-orang yang awam dengan islam memang butuh disabari untuk dibina, dijadikan generasi robbani, diajak pelan-pelan, dido'akan dengan ikhlas. 

Beruntunglah kita bertemu pemeran-pemeran ini. 



Peran apakah itu..?

Selasa, 10 November 2015

Hidayah

'Andai hidayah dapat ku beli maka akan ku bagikan kepada orang-orang yang aku cintai."  
-Imam Asy-Syafi'i-
Alhamdulillah mungkin saya termasuk yang diberikan hidayah-Nya (aamiin). Bukan sombong bukan, tapi bersyukur, segala puji hanya bagi Allah. Hidayah bukan berarti seketika langsung ekspert jadi sholihah/ustadzah, bukan. Tapi mendapat hidayah lebih mengarah pada hati yang mau diajak pada kebenaran.

Orientasi hidup kini lebih banyak pada akhirat. Sekarang menjadi umat yang memikirkan agama-Nya. Ada hasrat ingin berdakwah (dakwah=menyampaikan), berbagi pada yang belum paham. Ya walaupun ilmu masih teramat dikit, tapi sungguh ingin seperti sahabat-sahabat yang sholihah nan inspiratif itu. Sekali lagi segala puji hanya bagi Allah.

Ketika cahaya hidayah mulai mengisi hati-hati ini, ternyata masih terselip satu sedih. Sedih dimana cahaya itu belum menyentuh hati-hati orang terdekat. Hati-hati orang tercinta. Saya sangat setuju dengan quote di atas T.T Besar keinginan melihat orang-orang di sekitar sama-sama melangkah dalam hidayah-Nya.

Nikmat iman dan hidayah tiada lain hanyalah hak prerogatif Allah. Seorang Nabi Muhammad pun tidak bisa membuat pamannya, Abu Tholib, mengucap syahadat hingga ajal menjemputnya. Apalagi umat yang nulis postingan ini.

Kiranya kita, manusia, hanya diperintahkan untuk menyampaikan, mengajak, mengingatkan. Bukan tugas kita mengubah seseorang jadi baik. Urusan sebesar itu adalah urusan Allah. Allah yang akan gerakkan hati makhluk-Nya. Tentu jangan lupa kita sertakan do'a selalu untuk kebaikan kita semua.



Tulisan ini bukan ditulis oleh orang yang sudah amat baik, tapi oleh orang yang ingin menuju kebaikan dan kebenaran bersama dengan orang-orang yang dicintai.