.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Kamis, 31 Desember 2015

The Last Grade

Dulu ketika awal-awal mengenyam bangku perkuliahan, seringkali mendengar kakak-kakak 2010 yang sudah lulus bilang kalau 3 tahun itu cepet banget. Dulu kalimat itu bagai angin lalu aja, tidak mau memberatkan diri melamunkan benar tidaknya. Ya namanya baru jadi anak kuliahan, pikirannya masih penasaran sama kehidupan kampus.

Seiring waktu berlalu. Ternyata diri ini sudah masuk tahun ketiga jadi mahasiswi. Tapi perasaan baru kemarin masih tingkat 1.. (makanya jangan bawa-bawa perasaan mulu). Tapi ini serius. Saya merasa waktu cepat sekali berlalu. Ternyata saya sudah melewati 5 kali UTS dan 4 kali UAS.

Kalau mengingat-ingat masa-masa ujian, ujian yang paling @#$#$%$#% adalah waktu semester 2. Kenapa?Karena jurusan saya mendapat jatah ujian pukul 08.00. Masih terkenang dengan sangat jelas betapa riweuhnya belajar ketika ujian semester 2 itu. Ketiduran terus T,T Dan terbukti IPK kami (rata-rata anak KBN angkatan 2013) turun, termasuk saya yang IPK-nya bagaikan meluncur dari perosotan. Kami sudah terlanjur dibuat nyaman dengan ujian semester 1 di mana masuk jam 14.00. Ketika tiba-tiba semester 2 jam 8, rasanya seperti mengalami shock culture. #WaktUjianMenentukanIP.

Ya itulah sekilas mengenai ujian.

Bagi saya, yang terasa paling cepat adalah ketika tingkat 2. Kalau kata orang kan ‘waktu terasa cepat ketika sedang bersenang-senang’. Memang ketika tingkat 2 bisa dibilang waktu saya lebih produktif dibandingkan ketika tingkat 1, dari segi akademis maupun organisasi. Saya pun melihat berbagai perubahan dalam diri saya, khususnya dari pola pikir. Mungkin karena tuntutan atau entahlah tapi saya bersyukur akan hal itu.

Tingkat 3. Ya inilah The Last Grade. Setelah saya melewati singkatnya 2 tahun yang sudah saya habisakan di sini, ternyata masa kuliah saya hanya tinggal 1 tahun lagi (malah kurang dari 1 tahun). Sadar akan hal tersebut, saya sudah mantap untuk mengisi sisa masa kuliah saya yang tersisa dengan sebaik-sebaiknya. Karena masa kuliah tidak akan terulang lagi (kuliah ambil D4 atau S1 pasti beda lagi rasanya). Besar keinginan yaitu untuk melakoni peran-peran saya dengan maksimal. Inginnya jadi sebaik-baik manusia, yaitu yang bermanfaat. Inginnya lebih banyak berkontribusi. Inginnya lebih banyak berbagi. Dan tentu inginnya lebih banyak belajar dan tidak menyiakan kesempatan yang ada.

Ketika teman-teman banyak yang memilih vakum dari organisasi, saya berpikir sebaliknya. Saya tetap harus ada aktivitas. Waktu kita hanya diisi oleh 2 hal yaitu hal yang bermanfaat atau sebaliknya. Saya yakin kalau saya tidak punya aktivitas, kemungkinan besar waktu saya akan banyak terbuang sia-sia. Karena begitu saya lulus nanti, saya baru akan menghadapi dunia yang sebenarnya. Dan saya yakin kita butuh banyak bekal untuk bisa beradaptasi dan survive.


Begitulah keinginaan dan harapan dari seorang mahasiswi tingkat akhir -yang tinggal bertemu 1 UTS dan 2 UAS, yang akan menghadapi TKD, yang akan PKL, yang akan lulus dan wisuda, -insyaaAllah. Berdasarkan mata kuliah manajemen proyek yang saya terima, dari semua tahapan manajemen proyek yang paling penting adalah perencanaan. Kita tidak tahu bagaimana masa depan kita. Setidaknya kita berani merencanakan dan mempersiapkan, baik itu dalam skala jangka pendek maupun jangka panjang.



Cerita kakak kelas bahwa 3 tahun selama kuliah itu cepet banget ternyata memang benar.

Jumat, 04 Desember 2015

Mencoba Hal Baru

Karena  hidup ini terlalu singkat kalau kita hanya berkutat pada hal-hal sebatas rutinitas. Gawatnya, kalau kita sudah masuk ranah kejenuhan. Kita juga tentu tidak mau gini-gini aja, ada sumber daya yang belum banyak kita maksimalkan.

Mencoba hal baru, sesederhana kamu menuju kampus dengan rute yang lain dari hari kemarin. Lalu kamu akan bertemu kawan-kawan asing yang mungkin jarang kamu lihat di kampus.

Mencoba hal baru bisa juga meminta lebih banyak hartamu. Pergi ke resto mahal. Lalu kamu akan merasakan makanan dengan level kenikmatan yang berbeda. Yang kamu nikmati dengan sungguh dan perlahan karna sambil mengingat-ingat pengorbanan materiilmu.

Mencoba hal baru bisa juga dengan mengupgrade. Memberi lebih banyak. Biasanya kamu sangat ikhlas atas seribu rupiah, coba hari ini kamu tambah seribu lagi. Lalu mungkin kamu akan sadar rezekimu lebih lancar.

Mencoba hal baru bisa semenarik ketika kamu menjelajah alamNya. Lalu kamu akan lihat Tuhanmu sungguhlah Besar.

Mencoba hal baru bisa terasa asik ketika kamu ternyata menemukan passion. Lalu kamu ketagihan akannya. 

Kalau nyaman dan bermanfaat, bisa dilanjut jadi kebiasaan. Kalau mengecewakan, seenggaknya kita tahu fakta itu setelah mencobanya, dari pada penasaran.

Selama bukan terhadap hal-hal yang dilarang apalagi haram, bolehlah dicoba. Dengannya kita akan tahu dunia lebih luas lagi. Kita akan punya sesuatu untuk diambil hikmah. Kita akan mampu lebih banyak bersyukur. Akan ada banyak hal yang bisa kita ceritakan pada kawan dan keluarga untuk me-warning, menasihati, memberi saran, memberi informasi, juga mengajak pada kebaikan.

Hati-hati cepat tua kalau hidup gitu-gitu aja. Hati-hati tidak mampu bersaing kalau tidak mau menggali potensi di berbagai bidang. Hati-hati tidak punya cerita untuk dikisahkan pada adik, bahkan anak, karena minim pengalaman.


Cuma diri sendiri yang bisa menentukan sebesar apa hal baru yang mau kita coba. Selamat mencoba!