.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Jumat, 14 Maret 2014

Revolusi Diri

"Revolusi itu membutuhkan rasa sakit" - Mayor Jenderal Anumerta D.I. Pandjaitan
Melihat pada quote di atas. saya sependapat dengan salah satu pahlawan revolusi Indonesia tersebut. Karena jalan revolusi itu tidak mulus, penuh kerikil. Seperti yang kita tahu revolusi itu menuju pada kehidupan yang lebih baik dan dalam waktu yang tidak lama, begitulah singkatnya.

Hal itu pula yang terjadi pada Revolusi Diri. Seseorang yang dengan kesadarannya ingin merevolusi dirinya, tidak bisa dipungkiri akan bertemu berbagai rintangan. Bayang-bayang kehidupan yang ingin ditinggalkan terkadang masih sering ditengok. Ya mungkin itu godaan setan. Setan yang mencoba merayu manusia dalam proses memperbaiki dirinya. Misal saja seorang wanita yang mulai menhijabkan kepalanya dan memperbaiki penampilannya, terkadang ada semomok perasaan aneh, takut, atau bahkan tidak nyaman. Kalau saja niatnya tidak sekuat baja mungkin amalan hijabnya tidak menyeluruh atau tidak sesuai syariat yang telah ditentukan. Kita tahu setan tidak akan berhenti menggoda manusia. Ada saja cara mereka menjerumuskan kita. Kalau mereka tidak berhasil membuat wanita meninggalkan perintah mengenakan hijab, mereka menuntun wanita meninggalkan hijab syar'inya. Naudzubillahi min dzalik.

Sakitnya revolusi diri makin terasa saat lingkungan sekitar kita tidak menghargai bahkan tidak mendukung. Sadar tidak sadar, lingkungan memiliki andil dalam cara kita mengekspresikan diri. Lingkungan buruk jelas tidak menghendaki perubahan pada diri kita yang berlawanan dengan mereka. Pada lingkungan yang 'biasa-biasa saja' -tidak terlalu acuh pada perubahan kita- itu juga kurang kondusif. Revolusi terus berjalan tidak ada kata henti. Karena manusia tidak pernah sempurna bukan, itulah alasan manusia harus terus belajar memperbaiki diri. Untuk itu jangan ragu untuk cari lingkungan baik, dimana setiap perkataannya, kegiatannya, mengundang keberkahan. Semoga Allah tempatkan hambaNya yang ingin berevolusi di sebaik-baik tempat.

Revolusi butuh perjuangan. Perjuangan menggapai ridhoNya memang berat kawan. Jangan bosan-bosan minta untuk diistiqomahkan. Sudah tertakdir iman seorang manusia ada saatnya naik dan ada juga saatnya turun. Yang bahaya adalah jika turunnya iman yang terlalu lama. Semoga kita tidak larut dan terbuai dalam labilnya iman. Kalau dirasa kita menjauhi cita-cita istiqomah kita, ingat-ingat lagi alasan revolusi diri yang kita niatkan. Suatu saat insyaAllah kita akan merasakan manisnya iman yang hakiki. Aamiin Allahuma aamiin :')


1 komentar:

  1. Sevilla.. postingannya keren banget...
    Kesimpulannnya; perubahan itu membutuhkan “perjuangan” yang secara otomatis butuhkan “pengorbanan”.. karena bagaimana pun bila perjuangan tanpanya, tak kan berarti apa-apa..

    Yang jelas,.. bila kita ingin berubah, “lazimnya” godaan terberat itu berada di awal “perjuangan.’ Karena kita dituntut beradaptasi dengan keadaan ideal yang menjadi impian kita. Walau pun tuntutan masyarakat (persona) mendulang ke hal lain. makanya, mengapa ada kata-kata “awal yang baik, berarti setengah perjalan telah dilalui.”

    Oke..sip.. salam kenal ya..
    Aku udah langgana feed blogmu...
    Maaf, kalau belum izin sebelumnya,..

    BalasHapus