.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Kamis, 27 Februari 2014

Jalan Hidup

Malam ini aku pergi makan di *sensor* sama 2 temen kosku. Di kosan aku adalah anak termuda, ya jadi temen kosku ini wem mbak2 kabeh XD
Sayang sekali karena berbagai kesibukan, cuma kita bertiga yang bisa capcus. Padahal ini makan2 terakhir di luar sebelum aku sama mbak yulis pindah kosan huhuhuuu. Sebenernya di kosan ini udah peweee banget tapi karena berbagai pertimbangan yowes aku sama mbak yulis pindah. Sekalian pengalaman lah merasakan kehidupan di berbagai lingkungan. Padahal takut juga sih-_- takut ga seenak yang di sini.

Lupakan masalah kosan. 

Selain mbak yulis, yang satu lagi namanya ka Ivana. Mbak yulis sama-sama kuliah di stan, 1 spesialisasi (KBN). Ka ivana udah kerja di konsultan arsitektur.
Selama makan-makan tadi kita berbincang-bincang. Perbincangannya lebih ke curhat. Dari mulai cerita tentang arsitek ke jodoh ke jodoh ke jodoh ke pengalaman yang mengharukan. 

Awalnya ka ivana nih yang mulai. Dia bertaya padaku apakah sejak awal aku memang memilih stan sebagai bagian dari jalan hidupku. Jengjeng. Aku tarik napas dan mulai bercerita. Setiap cerita tentang hal ini pada siapapun aku pasti terbawa emosi. Emosi yang membawaku melintasi waktu, kembali ke 2013 mengingat-ingat tiap momen berharga yang aku alami. Khususnya saat-saat menunggu. Menunggu universitas mana yang mau mencantumkan namaku. 

Ketika teman-teman sudah mulai sibuk dengan aktivitas awal kampusnya. Aku masih Allah suruh bersabar. Banyak tekanan saat itu di pikiranku. Dan nggak akan aku uraikan di sini. Aku nggak pernah cerita selengkap-lengkapnya sedetail-detailnya tentang apa yang aku rasain di masa-masa itu. Karena aku akan menyita banyak waktu orang yang mendengarkan ceritaku ini. Jadi ya se-umumnya saja. Terlebih aku ini orang yang tertutup. Semua dipendam sendiri. Selain itu, cerita se-umumnya saja udah buat aku berkaca-kaca. Jadi tadi aku nangis di depan mereka. Entah aku lupa kapan terakhir kali aku menangis di depan orang lain. Sebenernya pengeen banget membagi cerita selengkap-lengkapnya walaupun ke 1 orang. Tapi belum ada orang yang pas aja buat diceritain. 

Sebelum di stan, mbak yulis udah merasakan bangku perkuliahan di universitas sriwijaya(unsri), palembang, jurusan arsitektur selama 2 tahun. Ia cerita bagaimana hidupnya begitu lancar dan lurus sampai saat ia memilih meninggalkan arsitektur untuk stan. Bagaimana perasaannya melihat teman-temannya yang udah semester 5 bahkan 6, dan dia baru mulai lagi di semester 1. 
Ka ivana dengan kisahnya yang juga dahulu nggak pernah terpikir jadi arsitek justru sekarang sering lembur karna pekerjaannya sebagai arsitek menyita waktu dan pikiran. Dahulu tidak direstui orang tua mau kuliah akuntansi di ui justru menemukan kebahagiaannya di arsitek.

Aku memang kecewa. Tapi aku insyaAllah sudah ikhlas. Aku sadar inilah rencana terbaik untukku. Dengan acara curhat-curhat tadi juga semakin menyadarkanku hidup ini rumit. Mbak yulis harus bisa ikhlas untuk yakin di sini ia akan dapat pengalaman lebih banyak. Dengan meninggalkan arsitek juga membuatnya sadar bahwa ia cinta dunia arsitektur. Ka ivana tetap di jalan passionnya walaupun banyak omongan arsitek itu keras. Memang benar, tapi kalo ia bahagia kenapa tidak, walaupun pendapatan belum seberapa. 
Semua sudah ada jalannya. Aku senang ada di sini. Tapi aku masih bercita-cita ada di sana, di kampus impianku. Setelah lulus D3, lalu kerja, aku akan lanjut S1 di ugm, S2 di luar negeri. Dengan uangku sendiri. InsyaAllah. Aamiin. Itu cita-citaku. Semoga Allah meridhoi. Aku tetap husnuzan cita-citaku ada di sana hanya tertunda. Justru aku akan kuliah dengan uang dari jerih payahku sendiri. Aku ditaruh di sinipun sungguh alhamdulillah, kuliah gratis, pengalaman luar biasa. Kalau cita-citaku tercapai berarti aku nggak merepotkan biaya kuliah bagi orangtuaku.

Aku bersyukur dengan jalan hidupku. Jatuh, bangkit, aku pernah cicipi. Tapi itu belum apa-apa, hanya pemanasan. Aku yakin di depan sana akan lebih keras. Pahitnya hidup akan menjadi manis dengan menyertakan Yang Maha Berkehendak dalam tiap langkah kita. Dan motivasi terbersarku saat ini adalah membahagiakan orangtua dan adik-adikku. Aku yakin keberadaanku di sini sungguh besar dipengaruhi do'a orangtuaku. Ridho robbi fii ridho wa lidayn.





Alhamdu?lillah :))))))

2 komentar:

  1. Iya... benar banget tuh.. memberikan yang terbaik di mana pun takdir menempatkan kita..
    Sekolah itu yang terpenting bagaimana kita rajin membaca...

    Semoga cita-cita tercapai; untuk kuliah S1 di UGM dan S2 di luar negeri.. amin...
    Pasti bisa kok... kamu pasti bisa.. kamu keliatan pinter dan cerdas... kacamatanya saja udah keren.. otaknya harus dong bisa segalanya...

    Salam kenal Sevilla..*maaf kalau ada salah kata yangkurang berkenan

    BalasHapus