.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Selasa, 10 November 2015

Hidayah

'Andai hidayah dapat ku beli maka akan ku bagikan kepada orang-orang yang aku cintai."  
-Imam Asy-Syafi'i-
Alhamdulillah mungkin saya termasuk yang diberikan hidayah-Nya (aamiin). Bukan sombong bukan, tapi bersyukur, segala puji hanya bagi Allah. Hidayah bukan berarti seketika langsung ekspert jadi sholihah/ustadzah, bukan. Tapi mendapat hidayah lebih mengarah pada hati yang mau diajak pada kebenaran.

Orientasi hidup kini lebih banyak pada akhirat. Sekarang menjadi umat yang memikirkan agama-Nya. Ada hasrat ingin berdakwah (dakwah=menyampaikan), berbagi pada yang belum paham. Ya walaupun ilmu masih teramat dikit, tapi sungguh ingin seperti sahabat-sahabat yang sholihah nan inspiratif itu. Sekali lagi segala puji hanya bagi Allah.

Ketika cahaya hidayah mulai mengisi hati-hati ini, ternyata masih terselip satu sedih. Sedih dimana cahaya itu belum menyentuh hati-hati orang terdekat. Hati-hati orang tercinta. Saya sangat setuju dengan quote di atas T.T Besar keinginan melihat orang-orang di sekitar sama-sama melangkah dalam hidayah-Nya.

Nikmat iman dan hidayah tiada lain hanyalah hak prerogatif Allah. Seorang Nabi Muhammad pun tidak bisa membuat pamannya, Abu Tholib, mengucap syahadat hingga ajal menjemputnya. Apalagi umat yang nulis postingan ini.

Kiranya kita, manusia, hanya diperintahkan untuk menyampaikan, mengajak, mengingatkan. Bukan tugas kita mengubah seseorang jadi baik. Urusan sebesar itu adalah urusan Allah. Allah yang akan gerakkan hati makhluk-Nya. Tentu jangan lupa kita sertakan do'a selalu untuk kebaikan kita semua.



Tulisan ini bukan ditulis oleh orang yang sudah amat baik, tapi oleh orang yang ingin menuju kebaikan dan kebenaran bersama dengan orang-orang yang dicintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar